Cinta adalah kekuatan…
Yang mampu merubah duri menjadi mawar…
Mengubah Cuka menjadi anggur…
Mengubah malang menjadi untung…
Mengubah sedih menjadi riang…
Mengubah sakit menjadi sehat…
Mengubah bakhil menjadi dermawan…
Mengubah kandang menjadi taman…
Mengubah penjara jadi istana…
Mengubah Amarah menjadi marah…
Mengubah musibah jadi muhibbah…
Itulah makna cinta… (Ayatul Husna)
Bicara mengenai cinta tidak akan pernah ada
habisnya. Cintalah yang membuat terciptanya alam dan semesta ini untuk
dipersembahkan kepada makhlukNYA, yang dipercaya untuk mengolahnya
secara adil dan bijaksana. Cinta yang membuat Rasulullah mengucapkan
kata-kata terakhir “ummati…ummati…ummati”. Cinta yang membuat Bilal,
tetap mempertahankan Islamnya, sebagai bukti kecintaannya pada ALLAH dan
rasul-Nya.
Cinta menempati tempat tertinggi pada hati manusia.
Jatuh cinta, adalah fitrah manusia yang tak akan bisa dihindari. Setiap
orang pasti pernah merasakannya. Banyak hal yang ditimbulkan karena
jatuh cinta. Jatuh cinta menurut Salim A Fillah, “Suatu hal yang lumrah,
sesungguhnya kita sedang mengecek tanahnya layak atau tidak, untuk
membangun sebuah pondasi lalu akan kita kokohkan dengan didirikannya
sebuah bangunan di dalamnya (bangun cinta)”. Jika tanahnya tidak
memenuhi syarat jangan dirikan sebuah pondasi apalagi bangunan di
dalamnya. Bangun cinta berarti kita telah siap mengelola rasa jatuh
cinta untuk dikelola dengan baik menuju ridha ALLAH SWT. Cinta yang
tertinggi kepada Sang Pemberi Cinta yakni ALLAH SWT. Cinta kepada ALLAH
yang membuat kita menjalankan perintahNYA dan menjauhi laranganNYA.
Cinta kepada Rasulullah yang membuat kita menjalankan sunnah-sunnahnya.
Dan cinta kepada keluarga yang membuat kita terus ingin membuat mereka
bangga. Banyak hal yang dapat diubah oleh cinta.
Ada 4 pilar dalam
membangun cinta. Agar cinta kita layak ditumbuhkan agar cinta kita
tidak menuai bencana bagi kita ataupun orang lain. Agar cinta kita
berbuah manis.
Visi dalam membangun cinta
-
Cinta harus memiliki visi. Cinta harus memiliki tujuan. Cinta bukanlah
sebuah penderitaan yang tak pernah berakhir. Kita harus menghijrahkan
cinta agar penderitaan itu berakhir. Untuk itulah visi dalam membangun
cinta harus kita bangun.
- Seperti cintanya seorang wanita yang
sangat mulia, yang diuji dengan seorang suami yang sangat
sewenang-wenang dan memaksa istrinya untuk keluar dari agama Islam.
Dipaksa untuk menarik kembali kata-katanya ketika dia meyakini
bahwasanya dia beriman kepada ALLAH SWT. Pada akhirnya wanita mulia ini
digantung oleh suaminya sendiri demi mempertahankan keislamannya. Namun
wanita mulia ini tersenyum .Karena pada detik-detik terakhir, malaikat
Jibril memperlihatkan bayangan yang indah untuknya sebuah rumah di
syurga yang terbuat dari mutiara-mutiara indah yang khusus
dipersembahkan untuknya. Asiyah binti Muzahim suami Firaun adalah wanita
mulia itu. Asiyah memohon pada ALLAH. “Ya ALLAH bangunkanlah sebuah
rumah untukku di Syurga, karena aku tak bisa membangun cinta di dunia
dikarenakan suamiku”.
Ada lagi visi seorang wanita yang dinikahi
oleh sahabat Rasulullah. Wanita tersebut masih belia berumur 18 tahun.
Dan dinikahkan oleh Rasulullah dengan sahabatnya sendiri yang berumur 78
tahun. Namun sahabat ini kaget ketika calon istrinya masih sangat belia
dan cantik rupawan. Seketika itu sahabat ini, mengajukan pertanyaan
“apakah kau mau menikah dengan laki-laki yang seharusnya kau anggap
sebagai kakekmu, lihat rambut ku sudah dipenuhi uban? Pertanda aku sudah
tua. Wanita ini menjawab “Biarlah masa mudamu kau habiskan untuk
berjuang bersama dengan Rasulullah, namun izinkan aku untuk mendapatkan
sisanya di masa tuamu. Hasil pernikahan ini menghasilkan 3 orang anak
dan akhirnya sahabat ini meninggal di usia 83 tahun. Sahabat ini bernama
Utsman Bin Affan dan istrinya bernama Nayla. “Tidak akan ada yang bisa
menggantikan posisi Utsman di hatiku, meskipun ia telah tiada”.
Buatlah
visi mu dalam membangun cinta “Aku mencintaimu karena ALLAH, dengan
cara yang diridhai ALLAH, dalam rangka menuju ridha ALLAH”
Emosi dalam membangun cinta
Setelah
membangun visi dalam cinta. Yang harus dilakukan berikutnya adalah
bagaimana mengelola emosi dalam cinta. Emosi adalah hal yang sulit
dipisahkan dari cinta. Banyak yang bilang bahwasanya cemburu adalah
tanda cinta. Bahkan perasaan benci pun menjadi pertanda cinta kepada
seseorang.
“Jika kamu mencintai sesuatu, cintailah ia seperlunya
saja, jika kamu membenci sesuatu bencilah seperlunya saja. Bisa jadi hal
yang kamu benci akan kamu cintai suatu hari ataupun sebaliknya. Seorang
mukmin yang sedang jatuh cinta akan menghasilkan 2 macam energi yakni
energi positif dan energi negatif. Semuanya tergantung kita mau
mengelola energi itu ke arah yang baik atau buruk. Jangan terjebak cinta
lokasi, dunia ini begitu luas, yang terpenting tingkatkan kualitas diri
untuk mendapat yang sesuai dengan kita. Seperti kisah ALI bin Abi
Thalib yang mencintai Fatimah dalam diam. Cinta yang tersembunyi di
dalam hati. Cinta yang menurutnya tak mungkin untuk terwujud mengingat
Ali adalah sahabat yang paling kurang dari finansial dibanding sahabat
yang lain. Namun Fatimah ternyata memilih Ali dibanding sahabat rasul
yang lain.
Spiritual /nurani dalam membangun cinta
Cinta
tidak harus memiliki. Jika kita saat ini berada di sekitar orang-orang
yang kita cintai sesungguhnya itu bukanlah kepemilikan kita, itu semua
hanya amanah yang datangnya dari ALLAH SWT. Kita hanya diuji untuk
memberikan cinta yang tulus dan terbaik untuk orang di sekitar kita.
Seperti kisah seorang Salman Al-Farisi yang minta tolong pada Abu Darda
untuk mengkhitbah wanita madinah. Namun wanita tersebut menyukai Abu
Darda dibanding dengan Salman itu sendiri. Namun, Salman tidak pernah
kecewa, Salman malah mendukung Abu Darda dengan memberikannya mahar yang
telah disiapkannya untuk pernikahannya dengan wanita tersebut.
Itulah Nurani, yang melihat segala macam keadaan dengan tenang dan tidak mengedepankan nafsu bahkan emosi.
Disiplin dalam membangun cinta
“Disiplin
dalam cinta adalah ketaatan yang terjaga. Menyingkirkan semua ego
ketika ALLAH dan Rasul-Nya menurunkan titahnya. Seperti luluhnya sifat
keras Umar tatkala perjanjian hudiabiyah,patuhnya Hudzaifah menyelusup
ke kawanan Quraisy di tengah malam yang dingin.” (Jalan Cinta Para
Pejuang, Salim)
Itulah disiplin dalam cinta, mampu menahannya sampai akan tiba saatnya. Karena semuanya akan indah pada waktunya.
like bgt nih..
BalasHapus